Thursday, March 12, 2009

Work Measurement atau Pengukuran Kinerja PNS hanya mimpi atau sebenarnya bisa dilakukan?


Setiap orang mengalami suatu siklus di dalam kehidupan ini mulai dari lahir yaitu menjadi bayi, anak-anak, dewasa, menua, sampai ia kembali ke ajalnya. Pada fase dewasa manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di jaman era globalisasi ini, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin tajam. Untuk menjadi pekerja yang profesional dan mempunyai daya saing tinggi harus mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi. Seperti yang kita ketahui bersama, ada dua tipe pegawai yaitu pegawai negeri (pemerintahan) dan pegawai swasta. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pegawai adalah orang yg bekerja pd pemerintah (perusahaan, dsb): sekalian -- negeri bersumpah akan setia.

Menurut PP NO.70 tentang UU Pegawai Negeri Sipil, yang dimaksud pegawai negeri adalah. Sekarang ini menjadi pegawai negeri adalah suatu dambaan bagi masyarakat, berdasarkan survei LSI kepada hampir seluruh responden, dinyatakan bahwa 70% responden menyatakan minatnya untuk menjadi PNS. Tetapi di sisi lain, persepsi masyarakat terhadap image PNS masih buruk terutama yang berkaitan dengan masalah kinerja. Pemerintah (dalam hal ini Meneg PAN – Taufiq Effendi) melaporkan bahwa + 1.998.293 orang (55%) PNS dari total 3.633.261 orang PNS berkinerja buruk. Selain itu, 900.000 honorer dicurigai tidak jelas kualitasnya (Kompas, 12 Januari 2007). Bahkan diduga, sebagian data tentang mereka hanya fiktif belaka untuk memperbesar penerimaan dana alokasi umum bagi daerah (Kompas, 16 Januari 2007). Kinerja PNS yang buruk tidak dapat ditimpakan kesalahan begitu saja kepada PNSnya tetapi lihat juga sistem dan evaluasi kinerjanya.

Setelah kita tahu fakta empirisnya bahwa kinerja PNS itu buruk? Apa yang harus kita lakukan, duduk diam dan menikmati status quo atau menjadi perubahan untuk bersama-sama pelan-pelan memperbaikinya?

Kenapa kinerja PNS dengan pihak swasta berbeda? Apa karena perbedaan kompensasi? Apa kalo PNS dinaikkan gajinya 10 kali lipat menjamin kinerjanya membaik? Saya kira tidak!!!! Yang paling penting adalah memperbaiki sistem dan evaluasi (pengukuran) kinerjanya!!!

I. Work Measurement (Pengukuran Kerja)


Pengukuran kerja atau work measurement adalah penggunaan tekhnik-tehnik yang diciptakan untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja yang memenuhi persyaratan (qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu pada suatu tingkat performance (prestasi) yang telah ditetapkan.Kegunaan pengukuran kerja, yaitu:
  1. Membandingkan efisiensi dari beberapa alternatif metode.
  2. Menetapkan jumlah tenaga kerja atau peralatan-peralatan kerja yang diperlukan.
  3. Merencanakan waktu produksi.
  4. Menetapkan waktu baku (standard time)
  5. Menetapkan dasar-dasar yang rasional untuk sistem perangsang (incentive system)
II. Waktu
Waktu merupakan masalah yang mempunyai peran besar di dalam pelaksanaan kegiatan
pengukuran kerja. Waktu digolongkan menjadi dua yaitu:
  • Waktu Produktif, yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
  • Waktu Non Produktif, merupakan kebalikan dari waktu produksi, yaitu waktu kerja yang tidak digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, misalnya waktu kerja yang hilang untuk bersenda-gurau yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, untuk pergi ke kamar kecil, mengantuk, dll.
III. Metode Pengukuran Kerja


Metode Pengukuran Kerja dapat digolongkan menjadi :
  • Metode praktis empiris, tidak menggunakan cara-cara yang teliti, dan pengukurannya berdasrakan individual judgement. Metode ini lebih sederhana, murah, cepat, tidak memerlukan tenaga peneliti yang berpengalaman, tetapi ketepatannya tidak tinggi.
  • Metode Teknis Analitis menggunakan metode ilmiah dan metode yang teliti untuk pengukuran waktu. Metode ini menghasilkan ketepatan yang tinggi. Namun membutuhkan sarana yang mahal,tenaga-tenaga peneliti yang berpengalaman dan waktu yang lama. Metode teknis analitis pada umumnya digunakan di tingkat operasional dan di lower management levels.
Nah diatas adalah teori-teori teknik pengukuran kerja. Saatnya kita berlanjutnya ke prakteknya.

Sebenarnya berapa sih jam kerja efektif dalam satu hari kerja?

Banyaknya jam kerja efektif dalam satu hari kerja dihitung sebagai berikut :

Banyaknya jam hadir kerja dalam sehari (08.00-16.00) = 8 jam = 480 menit.
Pengurangan waktu kerja untuk :
  • persiapan pagi : 15 menit
  • istirahat pagi (10.00-10.15) : 15 menit
  • istirahat siang (12.00-13.00) : 60 menit
  • persiapan pulang : 15 meni
Jumlah pengurangan waktu : 105 menit

Jadi jumlah jam kerja yang efektif per hari 480-105 menit = 375 menit. Hal itu kasusnya untuk kondisi yang paling ideal.

Perhitungan waktu efektif (Di Indonesia)

1 tahun = 365 hari
Cuti Tahunan = 12 hari
_______ _
353 hari
Hari Minggu = 52 hari
_______ _
301 hari
Hari Libur Resmi = 14 hari
_______ _
287 hari
Jam kerja = 37,5 / minggu
Waktu efektif = 70% x 37,5 Jam = 26 Jam/Minggu
atau 26
---- = 4.33 Jam/Hari
6

Jadi, Waktu efektif bekerja 1 tahun = 287 x 4,33 J/H = 1244 Jam/Tahun